Setiap kali ada sahabat yang ingin menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu mau memilih dia sebagai suami/istrimu? Jawabannya ada bermacam-macam. Bermula dengan jawaban karena Allah hinggalah jawaban duniawi. Tapi ada satu jawaban yang sangat menyentuh di hati saya. Hingga saat ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban dari salah seorang teman yang baru saja menikah.
Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Kemudian membuat keputusan menikah. Persiapan pernikahan mereka hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang “ akhwat”, saya tidak heran. Proses pernikahan ini seperti ini selalu dilakukan.
“kenapa kamu memilih dia?” Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari baringya. Perlahan dia membuka laci meja hiasnya dan menutup laci kembali lalu menyerahkan sekeping amplop kepada saya. Amplop putih panjang dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apa ini? Saya melihatnya tanpa mengerti. “buka saja”. Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas putih berukuran A4, saya melihatnya warna putih. Saya mulai membacanya. Saya membaca satu kalimat di atas, di barisan paling atas. Dan sampai saat inipun saya masih hafal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu…
Kepada Yth…
Calon istri saya, calon ibu dari anak-anak saya, calon menantu dari ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya.
Assalamu’alaikum WrWb
Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai…
Saya, yang bernama … menginginkan anda… untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya mempunyai pekerjaan.
Tetapi saya tidak tahu apakah kemudiannya saya akan tetap bekerja. Tapi yang pasti saya akan berusaha mendapakatkan rezki untuk mencukupi keperluan istri dan anak-anak saya kelak.
Saya memang masih menyewa rumah. Dan saya tidak tahu apakah kemudiannya akan terus menyewa selamanya. Yang pasti, saya akan tetap berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan kehujanan....
Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta itu juga biasa saja. Oleh karna itu, saya menginginkan anda supaya membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa.
Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karna saya tidak tahu suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.
Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istikharah berkali-kali dan saya semakin mantap memilih anda.
Yang saya tahu, saya memilih anda karena Allah, dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari sekarang ini.
Saya memohon anda sholat istikharah dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya beri masa minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini, Amin…
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya, baru kali ini saya membaca surat “lamaran” yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistik. Tanpa janji-janji yang melambung dan kata yang berbunga-bunga, surat cinta biasa.
Satu lagi pelajaran dari pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitu juga dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah terpahat sejak ruh ditiupkan dalam rahim.
Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan segalanya kepada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah. Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap hamba-Nya. Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.
Wallahu’alam.
Dikutip dari majalah Mutiara AMALY volume 54
Nikah
Written By Mar-G on Minggu, 20 November 2011 | 18.28
Label:
Cerpen,
LiMiT,
LiMiT Edisi I Mar-G 11'
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !