Sabtu, 1 oktober 2010 saat itu ibu Rumainah yang berumur 35 tahun yang tinggal didesa Medas Bedugul Gunung Sari Lombok Barat, sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Ia ternyata sedang mengerjakan sebuah paekerjaaan yang dapat di katakan langka bagi seorang ibu-ibu yang memiliki 3 orang anak ini, ia bekerja sebagai seoarang penanmbang batu. Pekerjaan sebagai penambang batu merupakan pekerjaan kasar, di mana Ia harus memukul batu-batu yang berukuran besar menjadi batu yang berukuran kecil. Untuk menghasilkan batu yang berukuran kecil diperlukan sebuah palu. Palu yang digunakan bukan palu yang berukuran seperti biasanya tetapi agak besar, bagi orang yang tidak pernah melakukan pekerjaan ini, mereka menganggap palu ini sangatlah berat.
Batu-batu kecil ini di hargai sebesar Rp 1200/ember. “ harga ini sangat kecil bagi kami.” Kata bu Rumainah, saat ditanyakan tentang tanggapannya terhadap harga batu tersebut. “untuk makan sehari-hari saja kami sangat kekurangan dari pekerjaan ini, mana suami saya hanya bekerja sebagai tukang, yang kerjanya tidak menentu dan dapat uangnya hanya saat ada proyek.” Kata Ibu Rumainah.Pekerjaan sebagai penambang batu memiliki resiko yang sangat berat. Resiko yang paling berat yaitu kematian. Di mana hal ini pernah terjadi pada warga desa Medas Bedul ini saat para pekerja ingin mengambil batu di kali untuk dinaikkan kedarat tetapi mereka malah tertindas. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh dengan usaha yang mereka lakukan. (Yeni Sudiarti)
Kisah Seorang Penambang Batu
Written By Mar-G on Selasa, 05 Oktober 2010 | 16.11
Label:
Tralis,
Tralis 2010 MG
Itulah temen2,,,kita musti bersyukur saat ini kita masih diberi kesembatan hidup yang lebih baik dari sekedar pemecah batu.
BalasHapusMungkin orang tua kita lebih baik dari mereka, tetapi bisa jadi perjuangan orang tua kita mirip dengan penambang batu tersebut untuk membiayai kuliah kita.
Semoga penambang batu ini memberi motifasi kita untuk belajar ;ebih giat dan berkarya lagi.