Tralis merupakan singkatan dari Training Jurnalistik yaitu salah satu kegiatan yang merupakan syarat yang wajib diikuti oleh setiap anggota baru yang ingin menjadi anggota aktif Marginal. Saya adalah salah satu dari 26 calon anggota baru Marginal yang mengikuti kegiatan tralis ini.
Kegiatan tralis dilaksanakan di Desa Medas Dusun Pintu Air Gunung Sari Lombok Barat NTB. Medas merupakan salah satu daerah perkampungan yang masih jauh dari kehidupan kota. Di desa ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional, adat istiadat, dan budaya yang masih kental. Pekerjaan penduduk rata-rata sebagai petani, buruh bangunan, pembuat gula aren, dan penambang batu. Medas bisa dikatakan desa yang kaya akan air, karena air sungai mengalir di sepanjang jalan yg kami lewati.
Kegiatan tralis dilaksanakan dari tanggal 1-3 Oktober 2010. Kegiatan ini di mulai dari berkumpulnya semua calon anggota Marginal dan para panitia tralis di Kampus Biru tepatnya di Fakultas Ekonomi Universitas Mataram. Di temani gerimis kami semua berangkat ke tempat tujuan menggunakan bus dan panitia menggunakan sepeda motor. Perjalanan menuju Medas sekitar 30 menit, kami turun dari bus di depan jalan raya, kemudian perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 1 km ke lokasi tralis yang berada di tengah hutan.
Sesampainya kami di lokasi tralis hujan datang menyambut kami, dengan keadaan basah kuyup, becek, kotor, tempat yang jauh dari kehidupan terangnya malam oleh sinar lampu, dan iklim yang dingin seolah menemani kegiatan tralis kami. Kami berbaris dan diperintahkan menyerahkan semua barang bawaan kami berupa beras, mie instant, air, snack, dan pakaian bekas dikumpulkan menjadi satu. Selanjutnya kami di beri waktu untuk sholat ashar dan beres-beres barang bawaan kami ke tempat yang telah di sediakan. Kami di bagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok yang di ketuai oleh satu orang diberikan tugas untuk membuat persembahan untuk acara malam nanti. Setiap kelompok juga di berikan tugas memasak bagi kelomok 1 dan 2, mencari kayu bakar kelompok 3 dan 4, dan mencuci piring kelompok 5 dan 6, untuk hari selanjutnya tugas di rolling. Masing-masing melaksanakan tugasnya, sholat dan makan malam telah di laksanakan. Acara selajutnya adalah persembahan masing-masing kelompok, malam kami lalui bersama dengan tawa dan canda bahagia, ada yang mempersembahkan puisi, lagu, dan ada pula yang mempersembahkan drama musical. Kami semua merasa seperti keluarga, dingin malam dengan mendung tiada bintang menghiasi malam, serta suara aliran sungai menemani kebahagiaan kami. Setelah persembahan selesai kami di beri tugas selanjutnya untuk mencari berita dengan mewawancarai warga sekitar. Kami di beri waktu samapi besok sore. Berita yang kami dapat harus di susun menjadi sebuah Koran. Tugas ini menjadikan kami seolah-olah sebagai satu tim pembuat berita yang di haruskan menyelesaikan berita tepat waktu untuk di terbitkan segera. Setelah tugas kami dijelaskan kami semua beristirahat di dalam tenda tanpa hangatnya api unggun dan berselimutkan dingin.
Pagi buta, dingin, dan sunyinya suasana hutan belantara menyambut hari kami. Sholat, mandi, dan sarapan kami lakukan. Hari sibuk si pencari berita di mulai saat ini, berbekal sebuah note book, bolpoin, dan keberanian kami semua menyusuri setiap jalan setapak berbatu dan licin untuk mengungkapakan sebuah kebenaran. Kami mewawancarai beberapa warga sekitar. Kami semua adalah satu tim, 26 orang ini yang terbagi menjadi 6 kelompok kembali ke jalan raya den untuk melapor ke panitia. Setelah semua melapor, kami kembali ke lokasi tralis. Semua berita di kempulkan ke pimpinan redaksi kami, dan selanjutnya di edit oleh editor, semua mengerjakan tugas masing-masing, selanjutnya layouter menentukan letak berita, waktu kami terbatas sekali sehingga semua berusaha keras untuk dapat menyelesaikan semuanya secepat mungkin. Namun di saat semua berita telah di tulis dan di edit, tiba-tiba panitia datang dan memberi waktu kami untuk menempelkan berita tersebut di kertas karton dengan waktu 15 menit, layouter pun beraksi , dengan panik kami berusaha sebaik mungkin. Dengan tergesa-gesa dan dikejar waktu kami dapat menyelesikannya, walaupun hasilnya tidak sempurna kami sudah berusaha sebaik mungkin. Ini merupakan pengalaman pertama kami membuat berita. Koran yang kami buat kemudian dikumpulkan ke panitia. Setelah tugas selesai kami berbaris di lapangan tanpa alas kaki, suara keras dan lantang kembali menemani tralis kami, kami semua di hukum karena tidak memiliki data-data lengkap panitia dan senior, push up seolah menghangatkan tubuh kami. Setelah hukuman dan marahan-marahan selesai kami di beri waktu untuk solat dan makan.
Malam ini merupakan malam kedua sekaligus terakhir kami di lokasi tralis ini, setelah Koran kami di bahas, dan kami di beri masukan dari para senior kami semua di perintahkan untuk istirahat dan tidur. Tengah malam dimana kami baru saja memejamkan mata sejenak tiba-tiba para senior membangunkan kami semua, mereka berkata ada bencana di atas bukit dan kami di minta untuk membantu warga sekitar oleh pak kepala desa, kami semua berjalan di tengah kegelapan menuju atas bukit, di sebuah jembatan kecil kami di kumpulkan dan di bariskan, ternyata tidak ada bencana apa-apa itu semua hanya alasan untuk membangunkan kami. Untuk kembali ke lokasi tralis kami harus berjalan sendiri-sendiri dengan berbekalkan sepotong lilin kecil. Di jalan yg cukup jauh tersebut sudah ada po-pos yang di jaga oleh panitia, setiap calon anggota baru di berikan kode, sehingga pada saat sampai di pos kami harus menyebutkan kode kami, di pos-pos tersebut kami di berikan pertanyaan yang menyangkut tentang marginal dan jurnalistik. Namun bukan itu saja, kami semua di dandani sedemikian rupa menggunakan dedaunan, bedak dari kopi, dan lipstik menor, sehingga kami terlihat seperti dakocan.
Sesampainya kami di lokasi tralis setelah melewati pos-pos tersebut, kami semua di bariskan tanpa alas kaki, dengan muka lucu, culun, dan katro yg mereka hias. Dinginya malam selalu menyelimuti kami, akhirnya tiba saat yang kami tunggu-tunggu yaitu acara pengukuhan. Pengukuhan di mulai dari siraman air berbau amis dan kotor di kepala dan badan kami, setelah itu kami di rendam dalam kubangan air lumpur membentuk sebuah lingkaran yg tidak boleh putus, kami semua bergandengan tangan dan bernyanyi did alam kubangan air tersebut, semua kedinginan dan gemetar. Satu persatu nama kami di sebut untuk naik dan mengambil pin sebagai simbol kami di kukuhkan . Kami resmi menjadi anggota Marginal.
Di pagi buta di mana mentari masih enggan menampakkan dirinya kami semua berendam dan memersihkan diri dari kotornya badan kami dari bau amis, kami berendam bersama-sama di dinginnya air sungai Medas. Setelah kami semua selesai mandi dan sarapan, kami di bariskan di lapangan untuk acara penutupan. Tralis yang mengesankan dan memberikan banyak pelajaran bagi kita dimana adanya rasa kekelurgaan yang timbul dan rasa saling menghormati,semua mersakan bahagia. Tralis resmi di tutup, kami semua kembali pulang dengan predikat anggota aktif Marginal dan jurnalistik sejati. By: “ayuQ_mGt”
TRALIS MARGINAL YANG MENYENANGKAN
Written By Mar-G on Selasa, 05 Oktober 2010 | 16.09
Label:
Tralis,
Tralis 2010 MG
gman hsl prtlgan ke wrga kemarin tu.......
BalasHapusmyenangkan, hhehe
sorry dek...bukan maksud hati ingin menyakiti atau membohongi dengan membangunkan kalian di tengah malam dengan alasan yang gak masuk akal, tapi memang itulah arti dari pengukuhan. kita tahun kemarin juuga gitu kok dek.. jadi be patien aja dah. dan yang terpenting untuk saat ini adalah mari kita sama2 membangun dan memajukan marginal cos we are the next journalist....
BalasHapusby....
ihaN mar-G & Anugrah mar-G
ingat ya dek..kita lahir di ekonomi tapi di basarkan di marginal, so be the best next mar-G.....
Smua yg qt lakukan to bukan d sengaja tapi punya maksud kok.
BalasHapusIntinya kami ingin semua anggota punya rasa persatuan n kekeluargaan.
Cz kami gak bisa janji memberikan hal yang lebih dari rasa Kekeluargaan.
Btw mungkin agak terlambat tapi "SELAMAT DATANG DI KELUARGA BESAR MARGINAL"
by : Robi
s e t u j u......
BalasHapus