Independen atau tidaknya sebuah organisasi sangat bergantung dari bagaimana keinginan anggotanya. Ada organisasi yang tidak ingin urusan internal mereka diketahui oleh organisasi lain. Ada pula organisasi yang sengaja mengumbar masalah internal mereka, meski publik sama sekali tidak tertarik. Yang parahnya ada organisasi yang selalu ingin ikut campur dengan urusan organisasi lain, padahal internal organisasinya masih sangat bobrok.
Keinginan untuk selalu mencampuri urusan organisasi lain inilah yang biasa disebut intervensi. Intervensi akan terlihat amat sangat kejam manakala organisasi yang bermasalah dalam keadaan tidak tahu menahu tentang campur tangan dari organisasi lain. Sehingga wajar bila organisasi yang mengintervensi sering dibenci.
Lalu bagaimanakah dengan kehidupan organisasi di kampus tercinta kita ini? Taukah anggota di setiap organisasi tentang adanya intervensi terhadap organisasinya? Berdasarkan hasil survei dari 50 sampel aktivis Kampus Biru terdapat 20% dengan yakin mengetahui adanya intervensi terhadap organisasi mereka. Sedangkan, 74% aktivis yang tidak mengetahuinya. Sisanya, 6% aktivis yang tidak peduli terhadap intervensi dalam organisasinya.
Dari hasil survei di atas, secara tidak langsung telah menggambarkan besarnya pengaruh intervensi dalam organisasi di Kampus Biru, entah intervensi sesama organisasi (?) ataupun dari luar. Memang sangat mengejutkan, ternyata hal itu sangat dekat dengan kehidupan berorganisasi di kampus tercinta kita. Padahal, 84% suara aktivis yang tidak setuju dengan adanya tindakan tersebut. Sedangkan, 14% yang menjawab intervensi diperlukan oleh organisasi, entah diintervensi maupun mengintervensi. Sisanya, yaitu sebanyak 2% aktivis yang masih ragu akan pentingnya intervensi.
Setelah mengetahui hal tersebut, apakah yang semestinya kita lakukan sebagai wujud kepedulian terhadap kelangsungan hidup organisasi yang telah mengajarkan kita banyak hal??? 72% aktivis memilih untuk menghentikan hal tersebut karena kelangsungan hidup organisasi mereka tidak ada hubungannya dengan organisasi yang lain. Sedangkan 4% memilih membiarkannya karena menurut mereka organisasi mereka tidak mampu menyelesaikan masalah baik internal maupun eksternal. Dan sisanya 24% memilih untuk mengunakan azas pemanfaatan demi keuntungan organisasi mereka, akan dibiarkan jika memang diperlukan dan akan dihentikan jika organisasi mereka tidak memerlukannya.
Atas dasar apa satu organisasi mengintervensi organisasi lain??? Belum puaskah mereka dengan jatah pembagian wilayah kerja masing-masing??? (Mar_G)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !