Cinta jatuh seperti kotoran burung; kapan pun, di mana
pun, dan dapat menimpa siapa pun. Di pasar, kamu melihat penjual CD bajakan.
Bujukannya untuk membeli bisa memukaumu hingga kamu jatuh cinta. Kamu pergi ke
warung pelecing dekat kos-kosan, kamu bertransaksi dengan kasirnya. Cara
dia menarik laci kayu, menghitung uang, dan memberi kembalian, bisa membuatmu
tidak tidur semalaman. Dalam perjalanan pulang kampung, kamu bertemu acara nyongkolan.
Lelaki yang mengusung payung pengantin itu membuatmu merasa begitu teduh,
seolah-olah di masa depan dia akan melindungimu dari panas terik dan badai
kehidupan. Dan tanpa penjelasan yang lebih masuk akal, kamu jatuh cinta hampir
seperti orang kesurupan. Wah! Menyebalkan! Tapi, sebaliknya, di kampus, kamu
bertemu banyak orang. Salah satu dari mereka adalah orang yang sudah lama satu
jurusan denganmu, tapi, belum kamu kenal. Begitu melihatnya, bahkan hanya
melihat cara dia memikirkan jawaban ujian atau memberi contekan, bisa membuatmu
gila sendirian. Tuhan! Betapa berbahaya ‘benda’ tersebut di atas! Berbahaya seperti petasan, tapi, tak akan
indah jika hanya disimpan.
Kelasku ada di lantai 3. Semuanya terlihat indah dari
atas sini, bahkan daun-daun yang berserakan di halaman depan itu. Seperti
perasaan suka yang kamu biarkan berlarut-larut mengisi hatimu, daun-daun
berwarna kuning tua itu terlihat begitu indah; berputar-putar diterbangkan
angin sebelum akhirnya mengotori halaman dan membuatmu kerepotan. Dari atas
sini, aku juga bisa melihat semua orang yang mondar-mandir di bawah sana.
Orang-orang yang kerepotan dengan map dan buku-buku praktikum perpajakan
mereka, pasangan-pasangan yang berjalan beriringan, rombongan rumpi mahasiswi
akuntansi, sampai petugas-petugas kebersihan yang sedang bekerja separuh hati,
dan dia, anak laki-laki yang terlihat segar dan hangat setiap kali seperti
matahari pukul setengah delapan pagi.
Dari kursi panjang di depan kelasku ini, aku membayangkan
anak yang baru aku tahu bernama Yan itu datang menghampiriku. Entah karena
alasan apa, tapi dia menghampiriku. Anggap saja karena Tuhan memang berkehendak
seperti itu. Yang terpenting adalah apa yang akan terjadi setelahnya. Anggaplah
seperti hal yang mungkin terjadi dalam drama-drama Korea, dia hanya akan duduk
beberapa waktu tanpa mengatakan apa-apa. Lalu aku, seperti yang tidak mungkin
terjadi dalam kenyataan, akan memulai komunikasi duluan. Mungkin tidak langsung
dengan kata-kata. Aku (agar terlihat misterius dan mengundang rasa ingin
tahunya) akan melihat dia seperti berniat mengatakan sesuatu tapi urung.
Melihat lagi, urung lagi. Lalu, akhirnya, karena penasaran, dia akan bertanya
duluan, “Apa?” begitu, singkat saja. Lalu aku dengan tampang sekosong mungkin
akan menjawab, “Tidak ada.” Wah! Keren sekali aku yang satu itu!
Setelah berpura-pura berpikir sebentar, giliranku untuk
memulai, “Kamu anak ganjil, kan?”
Yan: “Ya,
kok tahu?”
Aku:
“Tahu lah! Teman-teman sering membicarakanmu.”
Yan: “Oh
ya? Mereka bilang apa tentangku?”
Aku: “Bu
Sasih punya anak lho di kelas sebelah,” aku menirukan kalimat
teman-temanku. “namanya Yan, cakep!”
Lalu, Yan
dengan kecewa akan menanggapi: “Oh, karena Ibu.”
Aku dengan kekuatan peri-putih-pelipur-lara akan
menghibur: “Kenapa? Mmm, kamu pasti seperti tokoh anak orang terkenal di
film-film, yang ingin diakui bukan karena kamu anak dari siapa atau siapa. Ya,
kan?”
Yan yang masih dalam nelangsanya hanya diam dan
menerawang ke arah halaman depan yang sudah dipenuhi lagi oleh daun-daun
berwarna kuning tua.
Aku melanjutkan, “Jangan terlalu tertekan. Tidak peduli
bagaimana orang mulai tahu kamu, yang penting adalah bagaimana membuat mereka
mengenalmu, kan?”
Yan mulai tertarik.
Aku bersemangat, “Kamu tidak punya pilihan selain jadi
anak Bu Sasih, tapi menjadi urusanmu apakah kamu mau orang terus mengenalmu
sebatas itu, atau membuat mereka mengakuimu lebih dari itu.”
Dan, waaaah!! Karena kalimat-kalimat dari khayangan itu
akan membuat kami jadi dekat. Perbincangan tak disengaja itu akan menjadi awal
perbincangan-perbincangan kami selanjutnya. Berawal dari kebetulan, lalu jadi
kebiasaan, selanjutnya jadi kebutuhan. Yes! Aku tenggelam dalam lubang hitam
yang aku ciptakan sendiri.
Masih di tempat dudukku yang tadi, aku melihat petugas
kebersihan mulai menyapu halaman depan lagi, dengan separuh hati sisa yang tadi
pagi.
Well, kebahagiaan bisa datang dari pintu
mana saja. Bisa karena hal besar yang mengagumkan, hal kecil yang nyaris
terlupakan, bahkan hal abstrak yang masih dalam khayalan. Aku memilih untuk
bahagia karena ketiga-tiganya. Banyak orang yang tidak bahagia dalam hidupnya
karena menunggu hal besar terjadi yang akan membuat mereka bahagia, padahal
yang banyak terjadi dalam hidup ini adalah hal-hal kecil sehari-hari. Jadi,
bagi orang-orang yang mampu bahagia karena hal-hal kecil, syukurilah kemampuan
itu banyak-banyak, karena orang seperti itu pastilah orang yang selalu
berbahagia dalam kehidupannya. Banyak orang yang hanya bahagia jika dia
memiliki uang yang banyak. Jadi ketika uangnya berkurang, dia tidak akan lagi
bahagia. Lebih dari itu, dia akan jatuh sedih. Sebaliknya, beberapa orang yang
dilimpahi karunia bisa bahagia hanya karena melihat daun jatuh dari pohonnya;
daun yang berwarna kuning tua dan berputar-putar di udara sebelum akhirnya
jatuh ke aspal, dan terbang lagi ketika kendaraan melesat satu senti darinya.
Wah! Kapan aku bisa berpidato di depan jutaan umat
manusia dan mengudarakan kalimat-kalimat seperti itu? Pasti hebat sekali!
Betul! Aku akan menutup pidato hebatku itu begini: “Dan, akhirnya, semoga semua
orang dapat menyadari kebahagiaan mereka hingga semua orang akan bahagia dalam
kehidupannya. Karena kebahagiaan tidak selalu tentang mendapatkan segala yang
kita inginkan, tapi tentang menginginkan apa yang kita dapatkan, maka
percayalah semua orang mempunyai alasan untuk bahagia. Setidaknya, alasan bahwa
setiap orang BERHAK untuk bahagia.” Wuiih!!! Riuh tepuk tangan akan memenuhi
telinga dan hatiku. Sungguh menakjubkan!
Oke! Kembali pada Yan. Kalau tidak salah, aku pernah
mendapatkan kebaikannya dan belum sempat untuk berterimakasih. Percayalah!
Sesuatu yang terjadi dapat membuatmu mengalami hal itu; kamu belum saling
kenal, tapi sudah memiliki urusan utang-piutang budi. Dalam kasusku itu
benar-benar terjadi.
Ceritanya begini: Seluruh mahasiswa akuntansi di fakultas
kami pasti mengenal nama Mr. XXX (kita sebut saja demikian untuk melindungi
karakter dan nama baik(?)nya). Mr. XXX adalah dosen beberapa matakuliah utama,
sosok kontrofersial yang membuatmu ingin merobek diri sendiri. Dulu, di masa
yang belum lama berlalu, dalam depresi tingkat tinggi aku mencoba menenangkan
diri seperti ini: “Suatu hari nanti, aku akan berterimakasih pada Mr. XXX.”
Tanggal 2 dan 4 Juni 2012, aku terkejut bahwa hari yang aku katakan itu datang
lebih cepat dari yang pernah aku bayangkan. Aku benar-benar mensyukuri
kehadiran Mr. itu dalam kehidupanku. Jika bukan karena tiraninya, aku mungkin
tidak akan punya kesempatan secepat ini untuk melihat Yan dan berhutang budi
kepadanya. Hal kecil memang. Dia hanya meminjamkan permanent marker-nya,
dan itu pun kepada semua orang yang membutuhkan. Tapi, sejauh itu bisa
membuatku bahagia, aku pikir cukup beralasan jika aku merasa berhak mendapatkan
kesempatan untuk sekedar berterimakasih. Siapa tahu, itu bisa menjadi awal
sesuatu yang besar di masa depan. Pernah dengar tentang ‘Butterfly Effect’?
Katanya, kepakan sayap kupu-kupu di suatu kehidupan dapat menjadi badai di
kehidupan yang lain. Agak berlebihan memang, tapi siapa tahu memang benar.
Ingat tentang pengusung payung pengantin di acara nyongkolan dalam perjalanan
pulang kampung? Kamu bisa saja melihatnya tanpa sengaja, tapi tahun berikutnya
kamu sudah berjalan berdampingan di bawah payung pengantin yang sama. Atau
kasus kasir di warung pelecing, bisa saja dua tahun kemudian kamu jadi
bagian dari bisnis keluarga. Atau tentang petasan yang disimpan. Kamu bisa saja
iseng-iseng menyalakannya, dan tahu-tahu api kecilnya berujung pada kebakaran
besar seantero desa. Dengan nila setetes, rusak susu sebelanga (APA???).
Berbicara tentang cinta yang jatuh seperti kotoran
burung. Satu burung bisa menjatuhkan kotorannya di banyak tempat dan mengenai
banyak orang. Malam itu, 2 juni 2012, hatiku masih dipenuhi kupu-kupu sehabis
main-main ke taman sebelah dan melihat bunga yang indah tadi siang. Selayaknya
penulis novel profesional, aku mulai klatak-klutuk laptop mencoba menulis
cerita cinta yang terinspirasi dari pengalaman pribadi. Tiba-tiba, teman
sekamarku mulai bercerita. “Sepertinya Yosi punya perasaan pada seseorang di
kelas ganjil.” Aku mendengarkan tanpa berkata apa-apa. Diam-diam aku tersenyum
tanpa sepengetahuannya, karena seperti juga Yosi, aku mengalami hal yang sama.
Dia melanjutkan, “Kalau bukan Akbar, mungkin Yan.” Ctarr!!! Aku beku di
kursiku. Tanganku juga kehilangan kekuatannya. Otakku dipenuhi banyak nama: Yosi
(teman kami), Akbar (siapa itu?), dan Yan (the blossom flower boy).
“Kalau benar Yan,” temanku mulai bersemangat, sementara aku mulai digerayangi
firasat buruk. “Yosi bakal saingan dengan Astri.” Ctarr!! Ctarrrr!!!!
Satu nama bertambah lagi dan membuat perutku sakit. Astri, teman kami yang
menjual semua macam barang dagangan itu. Aku men-delete apapun yang tadi
aku tulis di layar.
“Apa-apaan ini?” pikirku dalam depresi
tingkat ujian lisan ekonomi syariah. Aku baru tahu anak bernama Yan, dan
coba-coba menyukainya. Tahu-tahu, orang-orang sudah berlomba saja untuk
mendapatkannya. Ke mana saja aku selama ini? “Hal ini terjadi lagi.” ratapku
dalam hati. “Seperti saat menyukai Arswa di SMA dulu,” aku mulai menerawang.
“sekarang dengan Yan, I’m gonna dream an endless dream.” Airmataku masih
jauh dari pelupuk. Aku tidak akan menangis hanya karena hal semacam kotoran
burung seperti ini. Ketiban kotoran burung hanya akan menjadi pertanda jika aku
sendiri yang mengalaminya. Tapi, kalau sudah jamaah seperti ini, kesannya jadi
penyemarak saja sudah cukup. aku pernah merasakan yang lebih gila dari ini:
kejatuhan kotoran burung Phoenix. Jadi, untuk level burung yang satu ini, aku cukup menyelinap ke
kamar mandi, membersihkannya sampai tidak ada yang tersisa lagi. Atau pulang ke
kos, mandi, ganti baju, dan mulai lagi. Easy!
By: Ika S. Wahyuningsih
By: Ika S. Wahyuningsih
ELAMAT ANDA MENDAPATKAN UNDANGAN RESMI DARI SUMOQQ.ORG Kunjungi skrg Live Chat nya u/Info lbh
BalasHapusLanjut,Dan Dapatkan Jutaan Rupiah Dengan Cuma-Cuma BBM : D8ACD825