OPINI:
Akhirat memiliki ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang secara
keseluruhan berbeda dengan ketentuan-ketentun dan aturan-aturan dunia. Namun,
kembali ke kodratnya ketentuan dan aturan dibuat untuk mencapai kehidupan yang
terbaik. Ketika ketentuan dan aturan yang berlaku di dunia tidak dapat
menyongsong manusia menuju kehidupan yang baik di akhirat, lalu dimana umat
manusia akan mencari tahu tentang ketentuan dan aturan yang berlaku di
akhirat?
Adakah di musholla?
Mengingat kembali apa fungsi utama dari musholla, tiada lain tiada
bukan, melainkan sebagai tempat melaksanakan ibadah. Menelisik pada sisi yang
berbeda dari sisi banyak mengenai tempat ibadah, yakni kenyamanan dalam
beribadah itu sendiri. Nyaman itu bersih, karena jelasnya ‘Kebersihan Adalah
Sebagian Dari Iman’.
Beranjak mengenai kebersihan, siapa yang bertangggung jawab atas
kebersihan tempat ibadah? Tentu setiap umat yang menggunakan tempat ibadah
tersebut bukan? Lalu bagaimana dengan tempat ibadah yang sudah tentu
penggunanya? Seperti musholla Fakultas Ekonomi Universitas Mataram yang sudah
jelas penggunanya adalah semua umat muslim masyarakat FE Unram itu sendiri.
“Kebersihan musholla Fakultas Ekonomi ini adalah tanggung jawab kita
bersama,” ungkap Bapak Muhiddin selaku
Kasubbag Kemahasiswaan FE Unram. Terlepas dari ungkapan tersebut, timbul
satu pertanyaan besar, ketika ada sekelompok orang menggunakan musholla sebagai
tempat beraktivitas dalam menjalankan kepentingan kelompoknya, rapat kegiatan
misalnya. Apalagi area musholla yang cukup sempit, bukankah hal tersebut dapat
mengganggu orang lain yang akan melaksanakan ibadah?
Tak jarang terdengar keluhan dari mahasiswa ketika akan melakukan ibadah
sholat, entah itu dari suara yang ribut, sampai ada juga yang disuruh untuk
sholat di luar karena sekelompok orang sedang melaksanakan nasyid di dalam
musholla. Akan terdengar sangat lucu, ketika di tempat ibadah dihuni oleh
orang-orang yang tidak menggunakan pendengaran dan penglihatannya sehingga
tidak mau mendengarkan kecuali apa yang disenanginya dan tidak mau melihat
kecuali apa yang dikaguminya. Bukankah termasuk perbuatan dosa ketika seorang
umat telah menyakiti perasaan sesamanya?
Pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata,
“wahai Rasul sesungguhnya si fulanah telah memperbanyak sholatnya, sedekah, dan
puasanya. Hanya saja ia telah menyakiti tetangganya dengan lidahnya,” Rasul
menjawab, “dia itu masuk neraka,” Laki-laki itu berkata lagi, “hai Rasul,
sesungguhnya fulanah yang lain sedikit sekali puasanya, shalatnya dan
bersedekah dengan sisa gandum, tetapi ia tidak menyakiti tetangganya,” Rasul
menjawab, “ia itu masuk surga,”. (HR. Ahmad, Al-Bazzar dan Ibnu Hibban).
Seperti itulah perumpamaan yang terjadi pada fenomena musholla di Kampus
Biru. Mungkin sedikit tidak masuk akal ketika seorang ummat akan melaksanakan
ibadah pada tempat suci ternyata hanya menambah rasa tidak ingin kembali ke
tempat suci itu lagi.
Lalu, apa sebenarnya fungsi musholla yang ada di kampus ini? Adakah
hanya sebagai simbol bahwa di FE Unram masih ada ummat yang beragama Islam?
Selayaknya umat Islam yang mengedepankan sosial dan kemaslahatan umat yang
diajarkan agama, sudah seharusnya sebagai orang yang terbiasa dan selalu berada
di musholla lebih bisa menghargai dan saling memiliki dengan tidak menelantarkan
keindahan mushalla dan bisa menghargai pihak lain di luar penghuni musholla
tersebut..(Fantastic4)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !